Saturday, July 10, 2010

Molecular Biology of Contact Dermatitis

Seperti yang pernah dibahas pada posting sebelumnya bahwa dermatitis kontak secara umum dibagi menjadi 2 jenis: dermatitis kontak iritan dan kontak alergi. Penyebab dan perbedaan kedua jenis dermatitis tersebut juga telah dibahas.


Pada posting berikutnya kita akan coba melihat secara molekuler bagaimana dermatitis jenis tersebut dapat dialami oleh kulit.

1. Dermatitis Kontak Iritan (Irritant Contact Dermatitis)

ICD tampak setelah pemaparan tunggal atau pemaparan berulang pada agen yang sama. Beberapa mekanisme dapat menjadi penyebab terjadinya ICD. Pertama, bahan kimia mungkin merusak sel dermal secara langsung dengan absorpsi langsung melewati membran sel kemudin merusak sistem sel.




Mekanisme kedua, setelah adanya sel yang mengalami kerusakan maka akan merangsang pelepasan mediator inflamasi ke daerah tersebut oleh sel T maupun sel mast secara non-spesifik. Misalnya, setelah kulit terpapar asam sulfat maka asam sulfat akan menembus ke dalam sel kulit kemudian mengakibatkan kerusakan sel sehingga memacu pelepasan asam arakidonat dari fosfolipid dengan bantuan fosfolipase.

Asam arakidonat kemudian dirubah oleh siklooksigenase (menghasilkan prostaglandin, tromboksan) dan lipoosigenase (menghasilkan leukotrien). Prostaglandin dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah (sehingga terlihat berwarna merah) dan mempengaruhi saraf (sehingga terasa sakit); leukotrien meningkaykan permebilitas vaskuler di daerah tersebut (sehingga meningkatkan jumlah air dan terlihat bengkak) serta berefek kemotaktik kuat terhadap eosinofil, netrofil dan makrofag.

Mediator pada inflamasi akut adalah histamin, serotonin, prostaglandin, leukotrien, sedangkan pada inflamasi kronis adalah IL1, IL2, IL3, TNFα2. Reaksi ini bukanlah akibat imun spesifik dan tidak membutuhkan pemaparan sebelumnya agar iritan menampakkan reaksi.

Beberapa faktor mungkin mempengaruhi tingkatan respon kulit. Adanya penyakit kulit sebelumnya dapat menghasilkan dermatitis yang parah akibat membiarkan iritan dengan mudah memasuki dermis. Jumlah dan konsentrasi paparan bahan kimia juga penting. Iritan kimia kuat, asam dan basa tampaknya menghasilkan keparahan yang reaksi inflamasi yang sedang dan parah.

Iritan yang lebih ringan, seperti detergen, sabun, pelarut mungkin membutuhkan pemaparan yang banyak untuk mengakibatkan dermatitis. Selain itu, faktor lingkungan, seperti suhu hanat, kelembaban yang tinggi atau pekerkaan basah dapat berpengaruh.




2. Dermatitis Kontak Alergi (Allergic Contact Dermatitis)

ACD merupakan reaksi inflamasi pada dermal akibat peaparan alergen yang mampu mengaktivasi sel T, yang kemudian migrasi menuju tempat pemaparan. Tempat pemaparan biasanya daerah tubuh yang kurang terlindungi (namun alergen uroshiol yang terbawa dalam partikulat asap rokok mampu mempengaruhi tempat-tempat yang secara umum terlindungi, seperti :annus, organ genital). Selain itu, uroshiol dapat aktif lama hingga 100 tahun.

Penampakan ACD biasanya tidak langsung terlihat pada daerah tersebut sesaat setelah pemaparan karena alergen melibatkan reaksi immunologis yang membutuhkan beberapa tahap dan waktu. Berikut adalah mekanisme reaksi immunologis tersebut. Pertama, pemaparan awal alergen tersebut akan mensensitisasi sistem imun. Tahap ini dikenal sebagai tahap induksi. Menurut beberapa dokter, secara umum gejala belum tampak pada tahap tersebut.

Walaupun demikian, gejala dermatitis tetap dapat langsung terjadi setelah pemaparan (tergantung faktor individu, alergen dan lingkungan). Pada tahap induksi ini, uroshiol secara cepat (10 menit) masuk melewati kulit dan berikatan dengan protein permukaan sel Langerhans di epidermis dan sel makrofag di dermis.

Sel Langerhans kemudian memberi sinyal kepada sel limfosit mengenai informasi antigen dan kemudian sel limfosit berproloferasi menghasilkan sel T limfosit tersensitisasi.

Setelah sistem imun tersensitisasi, maka dengan pemaparan selanjutnya akan menginduksi hipersensitifitas tertunda tipe IV yang merupakan reaksi yang dimediasi oleh sel dan membutuhkan waktu 24-48 jam (atau lebih). Dermatitis yang tertangani dan tidak tertangani, secara alami akan sembuh dalam 10-21 hari, karena adanya sistem imun pasien.

No comments:

Post a Comment